ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN
KEMISKINAN
·
ILMU
PENGETAHUAN
“Ilmu
Pengetahuan” lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua
kata, “ilmu” dan “pengetahuan”, yang masing-masing mempunyai identitas
sendiri-sendiri. Dalam membicarakan “pengetahuan” saja akan menghadapi berbagai
masalah, seperti kemampuan indera dalam memahami fakta pengalaman dan dunia
relitas, hakikat pengetahuan, kebenaran, kebaikan, membentuk pengetahuan,
sumber pengetahuan, dan sebagainya.
Untuk
mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlakukan sikap yang
bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan mendukung dalam mencapai
tujuan ilmu itu sendiri, sehingga benar-benar objektif, terlepas dari prasangka
pribadi yang bersifat subjektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empat
hal:
a. Tidak
ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang
objektif.
b. Selektif,
artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung
oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
c. Kepercayaan
yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera
dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
d. Merasa
pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai
kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
·
TEKNOLOGI
Dalam
konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah
dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi sebagai
suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses
produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga
kerja, dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi.
Dari
batasan di atas jelas, bahwa teknologi sosial pembangunan memerlukan semua
science dan teknologi untuk dipertemukan dalam menunjang tujuan-tujuan
pembangunan. Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal
impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia
menjadi lingkup teknis.
Fenomena
teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Rasionalitas,
artinya tidak spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional.
b. Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
c. Otomatisme,
artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serta otomatis.
Demikian pula dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non-teknis menjadi
kegiatan teknis.
d. Teknik
berkembang pada suatu kebudayaan.
e. Mononisme,
artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
f. Universalisme,
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ideologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan.
g. Otonomi,
artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan dari
suatu sistem interaksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional. Saat
ini sudah dikonstantasi, bahwa negara-negara teknologi maju telah memasuki
tahap superindustrialisme, melalui inovasi teknologis tiga tahap: a). Ide
kreatif, b). Penerapan praktisnya, dan c). Difusi atau penyebarluasan dalam
masyarakat. Ketiga tahap ini merupakan siklus yang menimbulkan bermacam-macam
ide kreatif baru sehingga merupakan reaksi berantai yang disebut proses
perubahan.
Akselerasi perubahan secara drastis
dapat mengubah mengalirkan “situasi”. Dalam hal ini situasi dapat dianalisis
menurut lima komponen dasar, yaitu benda, tempat, manusia, organisasi, dan
ide.hubungan kelima komponen itu, ditambah dengan faktor waktu, membentuk
kerangka pengalaman sosial.
·
ILMU
PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu
pengetahuan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini lebih
besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan
pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Penerapan ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering kurang
memperhatikan masalah nlai, moral atau segi-segi manusiawinya.
Masalah
nilai kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, menyangkut
perdebatan sengit dalam menduduki perkarakan nilai dalam kaitannya dengan ilmu
dan teknologi. Sehingga kecenderungan sekarang ada dua pemikiran yaitu, yang
menyatakan ilmu bebas nilai dan yang menyatakan ilmu tidak bebas nilai.
Sebenarnya yang penting dalam permasalahan ini mengaitkan dalam konteks yang
bagaimana kedua pemikiran itu dapat dinyatakan.
Ilmu
dapat dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika
(Jujun S.Suriasumantri, 1984). Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari
hasil metode keilmuan yang diakui secara umum dan universal sifatnya. Ilmu
dipandang sebagai proses karena ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang
berusaha memahami alam, manusia, dan perilakunya baik secara individu atau
kelompok. Ilmu sebagai paradigma ilmu, karena ilmu selain universal, komunal,
juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah menerima
kebenaran.
Ilmu
pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan
yang disusunnya yaitu: ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Ontologis
dapat diartikan hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup wujud benda yang menjadi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain
ontologis merupakan objek formal dari suatu pengetahuan. Epistemologis
merupakan pembahasan bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan. Epistemologi ilmu
tercermin dalam kegiatan metode ilmiah. Sedangkan aksiologis adalah asas
menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan. Ketiga komponen
ini erat kaitannya dengan nilai atau moral.
·
KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya
dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok. Dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dll (Emili Salim,1982). Garis kemiskinan, yang menentukan
batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa
dipengaruhi oleh tiga hal: 1). Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang
diperlukan, 2). Posisi manusia dalam lingkungan sekitar, dan 3). Kebutuhan
objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Ciri-ciri
seseorang yang hidup dibawah garis kemiskinan:
a. Tidak
memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan dan
sebagainya,
b. Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,
seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha,
c. Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus
membantu orang tua mencari tambahan penghasilan,
d. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self
employed), berusaha apa saja,
e. Banyak
yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.
·
PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM KAITANNYA DENGAN KEMISKINAN
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kemiskinan terkait secara struktural. Untuk mengendalikan atau mengatasi segala
akibatnya dari kaitan struktural ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinsn
tersebut perlu pengendalian dengan asas moral, etika, atau ajaran-ajaran agama,
sehingga mengetahuinya yang harus dan apa yang jangan dilakukan, dengan counter
play sejati yang bersifat normatif dan transenden, yaitu Tuhan
DAFTAR PUSTAKA
M.Munandar Soelaeman , Dr , ILMU
SOSIAL DASAR , REFIKA ADITAMA , MEI 1986.